Monday, March 8, 2010

GREAT!

Tehan mendapat pelajaran hari ini.
Seorang teman berani membela keyakinan kami. Padahal sudah disepakati, kalau pendapat kelompok kami dianggap tidak benar. Tapi ia merasa harus mempertahankan pendapat kami, karena ia tahu itu adalah benar. Di saat kami tidak yakin akan diterima, ia maju.
Ia berjuang memberikan argumen, dipatahkan-argumen, patah-argumen, dan akhirnya...
Ia menangis, menangis karena senang pendapatnya diterima. Sepele memang, hanya sebuah diskusi. Ia berkata,"Aku ingin orang tahu kita selalu berusaha, dan tidak pernah berhenti berusaha. Aku sedih orang menghujat kelompok kita, seakan kita tidak akan pernah bisa mengerti."

"Aku merasa lega!", ia berteriak sambil melompat dan memeluk kami, lalu menangis-tertawa lega.
Tehan memahami perasaannya, senang rasanya dihargai, walau kecil. Sempat terlupakan oleh kami, apa yang ingin kami capai. Betapa berharganya orang yang selalu berusaha.
Tehan pun menutup perpisahan dengan berteriak, "Thank u! You're so great!"

Tuesday, March 2, 2010

Friksi

Susah sekali rasanya mengarungi hidup, inginnya selalu pakai jalan yang bebas hambatan.

Bagaimana kalau dia tidak setuju? Bagaimana kalau mereka tidak suka? Bagaimana kalau aku ditolak? Bagaimana kalau dia marah?
Tidak apa-apa. Berani ambil keputusan, pelajari hasilnya, tanggung jawab apapun hasilnya, kalau itu adalah keputusan yang salah, bisa diperbaiki.
Friksi bilang aku tidak selalu buruk, aku hanya ingin kamu belajar. Jalan berkelok-kelok, jalan berbatu, jalan bolong, jalan tikus, jalan sempit, jalan raya, atau jalan buntu, yang kamu temukan, bisa dihindari atau dilewati, atau mungkin dicari.

Thursday, January 28, 2010

Empati, bukan sekedar simpati



Mendung di siang hari kemarin. Tehan berdiri di tepi jalan menunggu datangnya angkot yang tepat. Tidak jauh, ada dua orang laki-laki berjalan saling berpegangan. Ternyata dua orang buta atau tuna netra. Tampaknya mereka berdua ingin menyeberang, orang-orang yang berdiri di hadapan mereka hanya memandang. Ketika tehan akan mendekat, tanpa diduga seorang pemulung telah mendekati mereka. Sepertinya ia bertanya pada kedua orang tersebut, lalu sang pemulung pergi. Tidak lama kemudian ia kembali, ternyata ia meletakkan karungnya terlebih dahulu. Ia pun memegang tangan kedua orang tuna netra itu dan membantu mereka menyeberangi jalan. Sedangkan orang-orang di sekitar masih setia memandang mereka.

Di siang hari lain, terik matahari yang menyengat cuma sesaat terasa, karena tehan terlindung di dalam angkot. Seperti angkot umumnya, tidak lepas dari sifat mengetem. Setelah berhenti dari suatu tempat, tiba-tiba kembali berhenti. Tehan dan penumpang lain sudah hampir terlepas kesabarannya. Tidak disangka, supir berhenti untuk menolong beberapa orang yang akan menyeberang dari seberang jalan. Dan ternyata mereka adalah para tuna netra.

Kejadian di waktu yang sama (selalu di siang hari), supir angkot tiba-tiba berhenti karena ingin menolong seorang anak perempuan yang akan menyeberang. Setelah selesai menolong, supir kembali. Temannya berkata bahwa ia mengira ada sesuatu yang penting ketika supir tersebut tiba-tiba berhenti. Supir berkata kepada ke temannya, kalau ia jadi ingat anaknya. Terpikir olehnya ia pun ingin ada orang yang menolong anaknya menyeberangi jalan saat akan pergi atau pulang dari sekolah.

Yang mereka lakukan bukan sekedar ikut merasakan perasaan orang lain. Tetapi juga memahami apa yang dihadapi orang lain. Yang dilakukan mereka sederhana, membantu menyeberangi jalan. Namun berharga, tersimpan manis di lubuk hati orang-orang yang dibantu.

Monday, January 18, 2010

Deja Vu Tersamar

Apakah ada yang mengalami seperti pernah merasakan sesuatu yang sama di kesempatan yang berbeda?
Beberapa kali tehan mengalami itu, merasa yakin pernah mengalami suatu pengalaman, padahal belum pernah mengalami sebelumnya. Biasanya disebut sebagai Deja Vu.
Tetapi ternyata ada yang mengalami kejadian yang sama dua kali atau mungkin lebih. Mungkin awalnya merasa Deja Vu, tapi ternyata memang nyata pernah mengalaminya.

Awal kuliah, tehan bertemu dengan seorang lelaki di sebuah angkot, sepertinya sebaya dengan tehan, kira-kira 18-19 tahun. Posisi duduk berhadap-hadapan, tehan duduk di kursi 7 dan lelaki itu di kursi 5. Supir angkot selalu mengejar target memenuhi tumpangannya, kursi yang panjang wajib diisi 7 orang. Kursi pendek wajib untuk 5 orang. Tehan dan lelaki itu duduk di bagian ujung dalam mobil. Lelaki itu tertidur, kelihatan lelah, kepalanya terkulai, dan bergoyang mengikuti arah gerakan angkot. Di depannya terdapat satu buah karung, sepertinya berisi kain-kain. Perjalanan cukup lama, sekitar 30-45 menit, tetapi lelaki itu tidak pernah membuka matanya. Ia tampak asyik dengan alam mimpinya, walaupun badannya dalam posisi yang tidak enak untuk tidur, ditambah benturan kepala sesekali ke kaca. Ia tetap menikmati tidurnya sampai tehan turun.

4 tahun kemudian, tehan bertemu lagi dengannya. Sama seperti dulu, ketika tehan pulang dari kuliah, di angkot jurusan yang sama, di bangku yang sama, bawaannya yang sama (sebuah karung, entah isinya), dan posisi lelaki tersebut yang sama, yaitu ia tertidur. Tehan merasa Deja Vu, namun setelah berpikir lagi, ternyata tehan memang pernah mengalami pengalaman tersebut, dengan orang yang sama. Ia dapat dikenali dari adanya tahi lalat di dekat bibirnya. Tehan mengamati lelaki itu, sepertinya tidak ada perubahan seingat tehan, hanya rambutnya kali ini tidak model cepak. Selebihnya ia masih sama. Tehan merenung, tehan pun sama dengannya. Tehan belum berubah. Punya impian, tapi tidak mau berubah. Berubah tidak selalu buruk. Berubah untuk menjadi lebih baik, itu yang diharapkan. Tehan berharap jika suatu saat bertemu kembali, lelaki tersebut tidak lagi dalam keadaaan lelah tertidur, tapi ia dalam keadaan segar dan berseri-seri sambil tersenyum menikmati dirinya yang baru. Demikian pun tehan.

Thursday, January 14, 2010

Cipratan

Perjalanan dimulai, cuma sekejap, berhenti. Tehan menunggu dengan sabar di angkot, menunggu supir angkot yang menjalankan fungsi egonya dengan realita testing dalam usahanya meningkatkan setoran, yaitu ngetem.

Bau tanah khas tercium saat hujan mulai turun. Orang-orang berlari, mencari tempat berteduh agar tidak basah. Cipratan air ada dimana-mana, ternyata basah tidak dapat terhindar seluruhnya. Walaupun kegiatan banyak yang terhenti, Alhamdulillah hujan datang lagi.

Sunday, January 10, 2010

Beres-beres

Pernah ada seorang teman berkata, kalau mau sukses, dimulai dengan memilah-milah buku yang kita punyai, terutama yang sesuai dengan bidang kita. Maka mulailah tehan beres-beres buku buat mengisi liburan. Buku-buku disusun berdasarkan kajiannya. Buku-buku yang tebal, seperti textbooks (produk kopian), ditaruh di rak paling bawah.

Ternyata kegiatan beres-beres ini tidak hanya sebatas buku, tetapi merambah ke barang-barang lain, terutama barang-barang yang telah lama tehan simpan dan belum dibereskan lagi. Ditemukannyalah tumpukan surat-surat dan sebuah buku diary.

Tehan membuka dan membaca surat-surat tersebut satu per satu, tehan menyadari dulu ia sering sekali surat-menyurat dengan teman-temannya. Surat-menyurat merupakan aktivitas yang cukup disenangi saat itu. Sehingga tidak jarang jika ditanyakan pada anak-anak sekolah tentang hobinya, surat-menyurat adalah salah satunya(biasa disebut sebagai korespondensi).



Dengan surat-menyurat, bisa saling mengetahui kabar masing-masing.
Tidak sabar menunggu datangnya surat balasan.
Membeli kertas surat yang bagus, selain buat menyurat,
juga buat dikoleksi, terutama yang ada wanginya.



Berikutnya adalah buku diary atau buku harian, buku yang bertugas merelakan dirinya ditorehkan tulisan-tulisan tentang kegiatan sehari-hari, dan biasanya bersifat rahasia. Tehan teringat buku diary tersebut ia dapatkan dari seorang teman saat acara tukar kado, kira-kira 15 tahun yang lalu. Tehan sangat senang sekali, karena sudah lama ia mendambakan mempunyai buku diary. Setelah menerimanya, tehan tidak sabar untuk segera menulis segala rahasia hatinya. Daann... isinya lebih banyak tentang suka si A, suka si Y, atau suka si A (orang yg berbeda). Ya maklumlah, waktu itu tehan masih pada tahap perkembangan yang diliputi kebimbangan, jadi belum bisa menetapkan hati.


Tehan merasa dirinya spesial
mempunyai suatu rahasia yang tertulis di buku diary,
apalagi buku diary tersebut ada kuncinya.

Sekarang sudah tidak musim lagi buku diary, orang sudah jarang mempunyai buku harian. Bukan dikarenakan fungsi buku diary yang berubah, tapi tentang keseharian yang beralih sifatnya, menjadi rahasia umum. Oleh karena itu, sekarang pun torehan tehan bukan lagi dengan tulisan, tapi dengan ketikan di blog.

Saturday, January 9, 2010

Akhirnya

Sedari dulu tehan selalu berpikir ingin mempunyai blog sebagai tempat menuangkan curahan hati dan paparan pikiran. Ini blog kedua yang dibikin tehan. Yang pertama gagal mengudara, karena merasa tidak yakin dengan kemampuannya. Akhirnya ditiadakan. Terpikir bikin blog lagi dikarenakan seorang teman yang dikenal tehan di dunia maya. Setelah sekian lama berkenalan dan chat dengan teman tersebut, akhirnya tehan berkesempatan bertemu dengannya. Sejak pertemuan itu, timbul naluri memblog yang sangat kuat pada diri tehan. Akhirnya tehan membuat blog dan mencoba menulis untuk pertama kalinya.

Oh ya, teman dunia maya tehan itu ternyata adalah seseorang yang menarik. Menarik dikarenakan hobinya yang suka foto dan cara ia memandang hidupnya. Banyak hal yang bisa tehan peroleh darinya, selain ditraktir tentunya. Walau sebentar, tapi tehan merasa senang bisa berkesempatan untuk bertemu. Apalagi hari itu tehan mengajaknya jalan-jalan spesial pakai angkot. Semoga bisa bertemu lagi di lain kesempatan.

Sebenarnya banyak yang ingin tehan tuliskan di sini. Jauh-jauh hari tehan sudah merencanakan apa saja yang akan ditulis dan bagaimana menulisnya. Tapi pikiran macet, ketik-hapus, ketik-hapus. Alhamdulillah, setelah memejamkan mata sesaat (alias ketiduran), tiba-tiba pikiran jadi lancar. Akhirnya jadilah tulisan yang pertama. Semoga seterusnya bisa lancar.