
Mendung di siang hari kemarin. Tehan berdiri di tepi jalan menunggu datangnya angkot yang tepat. Tidak jauh, ada dua orang laki-laki berjalan saling berpegangan. Ternyata dua orang buta atau tuna netra. Tampaknya mereka berdua ingin menyeberang, orang-orang yang berdiri di hadapan mereka hanya memandang. Ketika tehan akan mendekat, tanpa diduga seorang pemulung telah mendekati mereka. Sepertinya ia bertanya pada kedua orang tersebut, lalu sang pemulung pergi. Tidak lama kemudian ia kembali, ternyata ia meletakkan karungnya terlebih dahulu. Ia pun memegang tangan kedua orang tuna netra itu dan membantu mereka menyeberangi jalan. Sedangkan orang-orang di sekitar masih setia memandang mereka.
Di siang hari lain, terik matahari yang menyengat cuma sesaat terasa, karena tehan terlindung di dalam angkot. Seperti angkot umumnya, tidak lepas dari sifat mengetem. Setelah berhenti dari suatu tempat, tiba-tiba kembali berhenti. Tehan dan penumpang lain sudah hampir terlepas kesabarannya. Tidak disangka, supir berhenti untuk menolong beberapa orang yang akan menyeberang dari seberang jalan. Dan ternyata mereka adalah para tuna netra.
Kejadian di waktu yang sama (selalu di siang hari), supir angkot tiba-tiba berhenti karena ingin menolong seorang anak perempuan yang akan menyeberang. Setelah selesai menolong, supir kembali. Temannya berkata bahwa ia mengira ada sesuatu yang penting ketika supir tersebut tiba-tiba berhenti. Supir berkata kepada ke temannya, kalau ia jadi ingat anaknya. Terpikir olehnya ia pun ingin ada orang yang menolong anaknya menyeberangi jalan saat akan pergi atau pulang dari sekolah.
Yang mereka lakukan bukan sekedar ikut merasakan perasaan orang lain. Tetapi juga memahami apa yang dihadapi orang lain. Yang dilakukan mereka sederhana, membantu menyeberangi jalan. Namun berharga, tersimpan manis di lubuk hati orang-orang yang dibantu.
Di siang hari lain, terik matahari yang menyengat cuma sesaat terasa, karena tehan terlindung di dalam angkot. Seperti angkot umumnya, tidak lepas dari sifat mengetem. Setelah berhenti dari suatu tempat, tiba-tiba kembali berhenti. Tehan dan penumpang lain sudah hampir terlepas kesabarannya. Tidak disangka, supir berhenti untuk menolong beberapa orang yang akan menyeberang dari seberang jalan. Dan ternyata mereka adalah para tuna netra.
Kejadian di waktu yang sama (selalu di siang hari), supir angkot tiba-tiba berhenti karena ingin menolong seorang anak perempuan yang akan menyeberang. Setelah selesai menolong, supir kembali. Temannya berkata bahwa ia mengira ada sesuatu yang penting ketika supir tersebut tiba-tiba berhenti. Supir berkata kepada ke temannya, kalau ia jadi ingat anaknya. Terpikir olehnya ia pun ingin ada orang yang menolong anaknya menyeberangi jalan saat akan pergi atau pulang dari sekolah.
Yang mereka lakukan bukan sekedar ikut merasakan perasaan orang lain. Tetapi juga memahami apa yang dihadapi orang lain. Yang dilakukan mereka sederhana, membantu menyeberangi jalan. Namun berharga, tersimpan manis di lubuk hati orang-orang yang dibantu.